Hal itu dikemukakan CEO Katapedia Deddy Rahman dalam jumpa pers
'Survei Popularitas, Citra, dan Elektabilitas Partai dan Calon Presiden'
di Restaurant Bumbu Desa, Cikini, Jakarta Pusat, Senin (28/10). Deddy
mencontohkan, bagaimana serangan tim kandidat atau partai melalui perang
komentar dengan akun yang berbeda dalam pemberitaan di portal berita
atau sosial med a.
"Itu sangat mungkin terjadi. Bahkan sistem saling balas komentar itu
tidak hanya dijalankan manusia, tapi sudah ada robot yang diprogram
jika ada konten-konten yang dianggap negatif dan itu bisa digandakan,"
kata Deddy.
Lebih lanjut Deddy menuturkan, dalam Pilkada DKI Jakarta lalu hampir
semua kandidat menggunakan sistem 'tim komentar siluman' dalam
menyerang musuh-musuhnya di sosial media atau dalam portal berita.
"Bahkan sistem penjawab otomatisnya bisa disetting dengan memprogram
konten-konten yang dianggap negatif pada kandidatnya. Dulu saya
menemukan saat Pilkada DKI Jakarta. Mesinnya itu memprogram kata-kata
yang terkait Jakarta. Contohnya, ada orang komentar di portal berita
atau di sosial media tentang kandidatnya yang negatif, mesin yang
disetting itu membalas komentar itu dengan jawaban 'payah loe'. Tapi
kemudian saya menemukan ada komentar yang bilang 'ayo ke Jakarta'
dibalas juga dengan kata yang sama 'payah loe'. Itu janggal dan sudah
ketahuan itu robot," ujar Deddy lebih lanjut.
Menurut Deddy perang komentar itu akan semakin seru dalam Pemilu
2014 nanti. Mulai dari perang komentar sang kandidat hingga partai.
Meski begitu, menurut Deddy hal itu bukan masalah asal calon kandidat
memiliki elektabilitas yang benar-benar nyata di lapangan.
"Sebenarya itu berpengaruh kalau kandidat memiliki elektabilitas
real yang tinggi di lapangan atau dunia nyata. Propaganda dan
pembentukan citra di dunia online digunakan untuk meningkatkan nama
kandidat di media online," kata Deddy.
Selain menggunakan akun palsu dan robot, menurut Deddy, juga
membayar beberapa orang untuk men-share berita-berita terkait kandidat.
Dalam penjelasan Deddy, orang itu ditugasnya untuk menaikkan rating
kandidat melalui share berita.
Deddy menyayangkan, media online banyak yang tidak mengecek
parameter survei atau konfirmasi keaslian akun dalam rilis survei yang
basisnya media sosial. Padahal itu akibatnya, bisa menggenjot
elektabilitas tokoh atas cara-cara itu.
"Tolong media online lebih teliti lagi dalam pemeringkatan
elektabilitas partai atau kandidat yang basisnya dari sosial media. Cek
dengan teliti, apakah itu robot atau semua peserta survei onliennye.
Jangan kemudian setelah melihat itu sebagai tren, kemudian langsung
membuat kesimpulan dalam pemberitaan akan elektabilitas kandidat atau
partai," kata Deddy.[Juf/Mrdk]
Sumber: http://www.rimanews.com/read/20131029/124019/pasukan-siluman-bagi-bagi-amplop-bakal-ramaikan-pemilu-2014
0 komentar:
Posting Komentar